Tuesday, June 23, 2020

Kerja Bakti Saat Pandemi


Selama ini mengerjakan pekerjaan rumah dilakukan sendiri. Saat pandemi dimana semua lebih banyak di rumah maka mengerjakan urusan domestik bisa melibatkan mereka.
Bila sebelum pandemi anak- anak full day berangkat pagi sampai sore baru pulang, maka rata - rata mereka hanya punya waktu sebentar saja untuk bersantai. Seringkali PR sekolah masih menunggu.
Dalam suasana pandemi maka rutinitas sebelum pandemi berubah. Mereka akan pembelajaran daring juga mulai pagi sampai siang. Di rumah saja sih, tapi pekerjaan sekolah lewat daring juga ternyata cukup menyita waktu mereka. Mungkin masih mirip- mirip saat sebelum pandemi. Sibuk walaupun hanya dari rumah saja.
Sama- sama sibuk baik sebelum atau saat pandemi. Namun tantangannya berbeda. Situasi di rumah saja menyebabkan kebosanan karena anak kegiatannya hanya sekitaran rumah saja seperti kamar, ruang keluarga, depan rumah dan dapur.
Setelah tahun ajaran berakhir dan terima raport secara online -dari sebuah aplikasi- menandakan kalau kegiatan belajar daring juga berhenti. Maka situasi makin membosankan jika tidak ada yang dikerjakan.
Tak ada salahnya jika anak- anak yang ini dilibatkan untuk kerja bakti bebersih di rumah. Apalagi bagi yang tidak ada ART, tambahan pasukan akan sangat berarti.
Pojok- pojok yang selama ini dilewati akan terlihat butuh sentuhan tenaga baru. Anak- anak bisa "dikaryakan". Mengikutsertakan mereka dalam pekerjaan rumah mungkin biasa bagi sebagian tapi bisa menjadi luar biasa bagi sebagian yang lain.
Aku merasa perlu mengapresiasi saat anak - yang sudah cukup besar - ikut membantu walaupun hal- hal kecil. Kondisi nyaman selama ini terkadang melenakan. Sehingga dalam situasi yang sudah agak longgar - liburan tanpa pembelajaran daring - aku melakukan "provokasi" untuk ikut turun tangan dalam urusan domestik.
Alhamdulillah, walaupun sulit tapi lama-lama mereka mau juga menelusuri hal yang selama ini terlewat. Banyak lampu- lampu bohlam yang mati maka mengganti lampu dengan tangga menjadi salah satunya. Menyedot debu di pojok karpet, memperbaiki sepeda dan merawatnya: kasih pelumas, memompa ban, membersihkan kulkas dan tentu saja urusan di kamar masing - masing. Juga menata buku - buku yang super berantakan.
Aku memang penganut asal bersih tapi seringkali cenderung berantakan. Tanpa ART maka hanya yang "wajib" yang dikerjakan. Yang "sunah" jarang- jarang. Hanya biar tidak terlalu capai dan tidak stres saja. Dasar pemalas ya. ...he..he. Pasukan hari ini dan sekarang - full team- alhamdulillah sangat menggembirakan. Bukan bermaksud apa- apa. Hanya mengapresiasi supaya memberi semangat bagi mamak yang seringkali capai untuk urusan domestik yang tidak ada finishnya dan dapat bala bantuan.
Sebisa mungkin, jangan semua dikerjakan sendiri. Lebih bagus dibagi- bagi. Alasannya biar mereka juga punya kemampuan dan kompetensi baru. Kompetensi berbenah. Kelihatan sederhana tapi aslinya kompleks. Butuh kemauan untuk melawan malas dan kemampuan dari sisi waktu juga.
Ada banyak metode terkait berbenah rumah atau kantor. Model bebenah housekeeping dari Jepang dkenal dengan 5S yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke.
5SS sudah diterjemahkan ke bahasa kita jadi 5 R. Berturut - turut diterjemahkan menjadi ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin.
Ada banyak model bebenah yang lain. Dari yang biasa saja sampai yang "sadis". Intinya dari semua menjadikan rumah yang nyaman. Kalau aku disini tanpa nama model bebenahnya. Juga hanya mencoba mengelola yang ada saja.
Ayo Mak, semangat ya...

No comments: