Wednesday, July 1, 2020

Keluarga Nakes dalam Masa Pandemi


Saat pandemi covid 19 ini maka semua orang mengarahkan usahanya untuk menghadapinya dengan ikhtiar terbaik yang bisa. Cuci tangan, pakai masker, jaga jarak dan jauhi kerumunan.
Eh tapi itu saat awal- awal pandemi. Sekarang ? Sudah banyak yang abai tuh. Masker hanya dipakai saat ada petugas, selebihnya ditaruh di bawah dagu. Jaga jarak dan jauhi kerumunan nampaknya sudah banyak dilanggar. Acara car free day juga menjadi ajang kembali berkerumun. Mungkin hanya cuci tangan yang masih banyak diikuti kali, jujur aku sih nggak punya datanya. Kalau terkait kepatuhan pemakaian masker, jaga jarak dan jauhi kerumunan kan bisa sekilas terlihat. Sementara kalau cuci tangan aku tidak bisa mengamatinya.
Sekarang situasi yang belum normal dianggap sudah normal seperti sebelum pandemi. Jadi semua dianggap biasa saja. Bussiness as usual katanya begitu. Santuy dan kurang berupaya..
Pandemi dianggap sudah selesai saat diselesaikannya dan dihentikannya PSBB. Ya memang diakui bahwa permasalahan ekonomi menjadi pendorong utama dibukanya kembali sentra ekonomi walaupun jumlah kasus positif konfirmasi dan kematian masih sangat tinggi khususnya di ibukota Jatim ini.
Banyak hal yang nampaknya menjadikan Jatim khususnya Surabaya ini statusnya masih merah cenderung menghitam. Salah duanya adalah koordinasi dan kekompakan. Banyak drakor terlihat di media. Bukan drama korea, tapi pinjam istilah dari teman drama Korona. Aku tidak mau berkomentar karena tidak terlalu paham sikon. Tapi yang jelas koordinasi dan kekompakan masih jadi PR besar. Ayolah, ibu - ibu dan bapak- bapak pucuk pimpinan, monggo saling dukung untuk bersama melawan Corona ini.
Tanpa 2 hal itu maka Corona akan tambah merajalela. Percayalah !... he..he. siapa kite ?
Ya anggap aja aspirasi dari warga Surabaya walaupun sementara sifatnya.
Sementara Covid 19 sudah banyak sekali memakan korban meninggal, bahkan ada yang tercatat lebih dari 1 orang dalam 1 keluarga. Ada yang ibu, bapak dan 2 putranya yang kesemuanya adalah nakes (bidan, perawat dan dokter). Ada juga yang ayah ibu beserta anak dan calon cucu yang masih dalam kandungan. Ini hanya yang ada di Jatim. Ada banyak cerita serupa di beberapa daerah lain. Sungguh sangat menyedihkan saat momentum hari keluarga kemarin bagi keluarga yang kehilangan karena Covid 19.
Tentu kita tak ingin Covid ini masih akan banyak memakan korban - korban jiwa. Jangankan pimpinan daerah, wong aku -yang bukan siapa- siapa- juga merasa ada yang terasa hilang saat mendengar banyak korban jiwa lagi. Apalagi teman nakes seperjuangan yang nampaknya masih terus bertumbangan.
RS juga semakin kewalahan menampung datangnya pasien yang "mbanyu mili"
Sebenarnya yang merasakan kehilangan sangat besar adalah nakes dan keluarganya. Kehilangan kenyamanan dalam berinteraksi sehari - hari dengan keluarganya. Ada yang harus selalu bermasker walaupun di rumah. Ada juga yang sudah terpisah dari keluarganya berhari - hari, berminggu - minggu bahkan berbulan- bulan. Setengah isolasi. Belum lagi banyak yang sudah kecapekan fisik dan psikhis. Bukan hanya bekerja secara fisik yang menguras tenaga tapi juga melawan hoaks yang beredar yang sangat merugikan secara psikhis bagi nakes.
Semuanya menguras emosi dan energi. Hal ini pula yang ditengarai membuat nakes bertumbangan disamping adanya kekurangan APD pada beberapa tempat - walaupun kadang tidak diakui secara terbuka.
Untuk hal yang terakhir sebenarnya dapat dihitung kok. Saat kasus "membanjir" maka kebutuhan APD juga pasti meningkat. Jadi jumlah kebutuhan APD harus selalu diupdet setiap harinya. APD menjadi hal critical yang harus selalu terpenuhi apapun kondisinya. Jika memang kurang APD lebih baik "mengangkat tangan" untuk menerima bantuan. Tidak ada yang salah kok kalau menerima bantuan dari donatur. Bukan meminta. Mungkin terasa kurang "keren" tapi daripada mengorbankan sekian nakes untuk terpapar virus ini.ini menurutku sih. Jadi APD tetap dibelanjakan dari RS namun tetap membuka diri untuk mendapat sumbangan APD bila memang ada.
Keluarga nakes sebagaimana pada non nakes adalah menjadi harta yang paling berharga sampai kapanpun. Saat suami, istri, ayah, ibu, kakae, nene, keponakan, om dan tante bertugas maka dibutuhkan dukungan moral dari keluarga yang lain. Tentu saja doa - doa dari keluarga para nakes yang sedang berjuang menjadi dukungan yang luar biasa yang membuat mereka tabah dan kuat dalam menghadapi semuanya baik di rumah saoit; di masyarakat maupun di rumah.
Banyak kisah pilu dimana sebagian dari mereka justru kehilangan anggota keluarganya yang lain. Sama masyarakat malah dijauhi dan dimusuhi. Sama pimpinan kadang kurang diperhatikan keluhan dan aspirasinya.
Apapun situasinya tetaplah semangat Nakes dan keluarganya. Semoga tetap sehat. Tetap terapkan protokol kesehatan dengan ketat. Karena keluarga sedang menunggu di rumah dengan seuntai doa. Walaupun manusiawi juga saat ada perasaan harap- harap cemas dalam setiap harinya.
Mohon doanya untuk nakes dan kekuarganya

No comments: